Popular Post

Archive for Januari 2017

Bukan Sekedar Bahagia

By : utamibiran

Satu lagi pelajaran hidup yang kuraih diumur yang sudah tidak belasan lagi.

Aku bilang umurku tidak belasan lagi? Waaah sudah lama aku meninggalkan jejak segala kenangan dicatatan sempit yang ku punya ini ya. Tenang, ini hanya ku jadikan reminder dimasa depan, bahwa aku pernah mengalami kegagalan hingga kuraih apa yang kudapat saat ini.

Pertama, tak pernah kulupa untuk terus ucap syukur atas apa yang telah ditunjukkann dunia dan Pemilik dunia.

Kedua, setiap bait yang ku sampaikan saat ini selalu terinspirasi dari semua cinta kasih yang kudapat dari para pengagum dunia.

Ingat satu kalimat ini yang akan ku jadikan acuan hingga kamu selesai membaca, dan menerka apa yang ku sampaikan. “Aku ada karena mereka berbahagia dan ku pastikan mereka bahagia dengan keberadaanku”.

Hai mah, pah. Nanti, saat kalian baca tulisan ini kalian harus bangga karena anak kalian ini selalu menjadikan kalian motivator terkuat yang dia punya.

Mulai yuk …

Malam itu, 22/9/16 ku buat lamaran sekreatif mungkin. Ku buka website penyalur pekerjaan, tanpa pandang perusahaan apapun asal salary yang ku dapat besar. Aku apply. Tak seling beberapa hari, ku dapatkan panggilan pekerjaan. Kali itu, konsultan IT. Selesai test, mereka langsung mengajakku offering kemudian salary oke, tapi jarak sangat teramat jauh dari rumah. Pikirku, ah masih banyak yang mau terima aku semoga perusahaannya lebih besar dan lebih dekat jaraknya. Panggilan berikutnya di bank yang terkenal besar di Indonesia. Namun, tak sesuai harapan. Mereka tidak memberiku sesuai yang aku harapkan. Akhirnya ku tinggalkan.

Lelah, namun aku harus buktikan aku mampu mendapat yang aku mau.

Sikeras kepala ini lalu melanjutkannya dengan mendatangi jobfair. Lucunya si keras kepala ini masih terus memilih. Padahal dia lihat seberapa banyak orang yang “BUTUH” pekerjaan. “Mah, tadi aku ke jobfair orangnya penuuuuuh banget”. Mama cuma senyum terus bilang “susah ya tam cari kerja?”

Mungkin sudah lebih dari 10 perusahaan aku datangi untuk interview dan offering. Hasilnya? Tidak ada satupun yang sesuai dengan yang aku mau. Sampai akhirnya aku menyandarkan kepalaku ditembok merah tempat detik ini aku sedang bersandar. “Tuhan, aku lelah aku ingin dapat apa yang aku maaauuuu”

Kemudian, wanita cantik berbaju orange itu menghampiriku “Capek ya ngelamar kerja? Lagian kamu nyari apa sih? Giliran diterima kamunya nolak terus.” Lalu aku beralih posisi menyandarkan kepalaku ke bantal kesayanganku. “Belum ada yang cocok mah, aku tuh nyari yang bisa ke cicil ini itu”. Si cantik itu terus tersenyum lalu melayangkan sebuah pernyataan. “Km lanjut sekolah aja tam”. Aku bilang aku mau kerja, mau bantu kalian mau buat kalian bahagia secepat mungkin. Tapi kalian coba meyakinkan ku atas apa yang aku pilih. Sampai ada satu kalimat yang sangat menjadi pukulan semangat terbesar yang pernah ku dapat. “Nak, maaf ganggu pikiranmu. Mama ga bisa kasih kamu fasilitas yang kebanyakan orang tua kasih buat anaknya, mama cuma bisa sekolahin kamu setinggi mungkin” dan kemudian dia meninggalkanku. Selalu seperti itu, selalu pintar membuatku berhenti dan berfikir. Selalu menumpahkan aku seribu pertanyaan dikepala.

Terdiam, kemudian berfikir. Sepertinya ada yang salah dari caraku. Ku gambarkan diriku seekor tupai. Cara tupai mendapatkan kelapa, bukan dengan melompat tapi dengan memanjat. Paham?

Yang harus aku lakukan dalam porsiku saat ini, adalah belajar. Berapa hebatpun aku melompat, jika itu melampaui keahlianku aku tak akan raih apapun dan hasil aku mencoba? Tak akan ada artinya. Tapi saat aku belajar memanjat, walau sedikit demi sedikit pasti akan aku dapat puncaknya.

Aku, apa keahlianku sudah memenuhi apa yang aku inginkan? Seseorang pernah berkata. Kita kerja itu bukan ditempat yang kita mau, tapi ditempat bisa buat kita berkembang. Seperti yang mama bilang. Mama emang belum bisa kasih aku fasilitas yang aku mau. Mama cuma bisa kasih aku jalan buat aku sukses. Dengan belajar, iya kan mah? Dan sebenernya itu bukan “cuma” kok mah pah J

Terimakasih menyadarkanku sekali lagi mah. Aku bangga punya orang tua yang selalu punya cara buat anaknya mikir. Dan mulai dari malam itu, aku cari apa yang aku butuhkan. Percaya atau tidak, Tuhan memberikan jalan saat ku tetapkan tujuanku untuk belajar.

Perusahaan yang ku datangi saat itu, bukan perusahaan kecil. Jaraknyapun 35km dari rumah. Menurut banyak orang, itu jauh. Tapi menurutku, itu dekat. Ingat, kita bahagia saat kita katakan kita bahagia. So? J

Mah, pah aku seneng ga ketemu macetnya Jakarta. Macet, panas, sumpek. Aku gak nemuin…

Alhamdulillah, tapi gimana perusahaannya? Kira-kira bisa sambil km belajar lagi?

“BISA”. Mah pah, banyak yang menyelaku atas keputusanku. Mereka bilang aku perempuan. Dan semua alasan selalu mereka keluarkan.  Tapi tak lain karena kesempurnaan kebahagiaan kalian ku tetapkan ini kebahagiaanku. Aku ada karena mereka berbahagia dan ku pastikan mereka bahagia dengan keberadaanku.

To my mom and dad, no matter how bad i fell, i always know that u will catch me and help me get up. Thanks for becoming a hero in my lifee J









- Copyright © Utami Pratiwi -