- Back to Home »
- Learning »
- DIKSI ATAU PILIHAN KATA
Posted by : utamibiran
Jumat, 21 November 2014
DIKSI (PILIHAN
KATA)
Jika kita menulis atau berbicara, kita
itu selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata,
klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi
bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah
cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk
menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan
gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian
dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik,
atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Definisi Diksi
Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan
kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau
Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk
mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang
tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik
digunakan dalam suatu situasi.
Fungsi Diksi
a) Melambangkan
gagasan yang diekspresikan secara
verbal.
b) Membentuk
gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c) Menciptakan
komunikasi yang baik dan benar.
d) Mencegah
perbedaan penafsiran.
e) Mencagah
salah pemahaman.
f) Mengefektifkan
pencapaian target komunikasi.
Manfaat Diksi
1.
Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim
dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2.
Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari
orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat
menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
Syarat-Syarat
Ketepatan Diksi
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata
untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar,
seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap
penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya
untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Selain pilihan kata yang tepat,
efektivitas komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna
bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Adapun
syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :
1) Membedakan secara
cermat denotasi dan konotasi.
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas
atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan
bermacam-macam makna. Contoh :
Bunga eldeweis
hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
Sinta
adalah ·bunga desa di
kampungnya. (Konotasi)
2) Membedakan
dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
Siapa ·pengubah peraturan
yang memberatkan pengusaha?
Pembebasan
bea masuk untuk jenis· barang tertentu adalah peubah peraturan yang
selama ini memberatkan pengusaha.
3) Membedakan
kata-kata yang mirip ejaannya.
Intensif
–·
insensif
Karton
–·
kartun
Korporasi
–· koperasi
4) Tidak
menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman
belum dapat dipastikan. Contoh :
·Modern : canggih (secara
subjektif)
·Modern :
terbaru atau muktahir (menurut kamus)
·Canggih :
banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual (menurut
kamus)
5) Waspada
terhadap penggunaan imbuhan asing.
·
Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
·
Koordinir seharusnya koordinasi.
6) Membedakan
pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Pasangan
yang salah
|
Pasangan
yang benar
|
antara
..... dengan ....
|
antara
.... dan .....
|
tidak
..... melainkan .....
|
tidak
..... tetapi .....
|
baik
..... ataupun .....
|
baik
..... maupun .....
|
bukan
..... tetapi .....
|
bukan
...... melainkan .....
|
7) Membedakan
kata umum dan kata khusus secara cermat.
Kata umum adalah sebuah kata yang
mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya.
Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu kepada
pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret. Contoh :
Kata
umum : melihat·
Kata
khusus: melotot,· membelak, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi,
menonton, memandang, menatap.
8) Memperhatikan
perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Isu
(berasal dari bahasa Inggris· “issue”) berarti publikasi, perkara.
Isu
(dalam bahasa Indonesia)· berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar
angin, desas-desus.
9) Menggunakan
dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.
Sinonim adalah
kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofoni adalah
kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna.
Homografi adalah
kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.
Sinonim
: Hamil (manusia) – Bunting· (hewan)
Homofoni
: Bank (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan kakak laki-laki)
Homografi
: Apel (buah) – Apel (upacara)
10) Menggunakan
kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa
konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang diamati. Contoh :
Kata
abstrak·
Kebaikkan seseorang
kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
Kata
konkret·
APBN
RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis
harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna :
Makna
sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna Leksikal
Makna yang sesuai dengan referennya,
sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm
kehidupan kita.
Contoh:
Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya
penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
Makna
Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna
gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses
reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku
yang bermakna “banyak buku”.
2. Makna Referensial dan Nonreferensial
Makna referensial & nonreferensial
perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka
kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh
kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata
bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen.
Contoh:
Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna
nonreferensial).
3. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli,
makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata
kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran
badannya normal.
Makna konotatif adalah: makna lain
yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa
orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada
contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa
yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki
konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan
ramping.
4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang
dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh:
Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa
dikendarai”.
Makna asosiatif adalah makna yang
dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan
suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg
suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
5. Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara
sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat
menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan
dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi
bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur,
di gelas, di bak mandi atau air hujan.
Makna istilah memiliki makna yang
tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu
hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata
tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu
sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Yang dimaksud
dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata,
frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal,
baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh:
Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg
disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.
Makna pribahasa bersifat
memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama
perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam
peribahasa
7. Makna Kias dan Lugas
Makna kias adalah kata, frase dan
kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam bermakna
bulan , Raja siang bermakna matahari.
Agar
dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang
baik harus memenuhi syarat, seperti :
• Ketepatan
dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
• Seorang
pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
• Menguasai
berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah
kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
Contoh Paragraf
:
1).
Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk.
Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak
lama kemudian.
2).
Liburan tahun ini Aku dan kawanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat
senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh
semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga
seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami.
Sumber
lain : Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia.
2006.